Perkenalkan
namaku saiful rohmat aku orang sunda asli dan aku baru saja lulus diperguruan
tinggi swasta dan menyandang predikat sarjana muda tepatnya sarjana agama,sudah
3 bulan aku menganggur dan tak tahu harus bekerja dimana,belum ada gambaran jelas,setahuku
jika aku sarjana agama aku bisa bekerja di KUA,atau menjadi pengajar
agama,sudah kucoba melamar kesana kemari hasilnya masih nihil,beberapa
perusahaan lebih mengutamakan jurusan yang lain bukan sarjana agama sepertiku.
Atas ijin
teman aku putuskan untuk mencari pekerjaan dijakarta barangkali ada perusahaan
yang membutuhkanku,kata orang Jakarta itu pusat kehidupan Negara ini barangkali
kesuksesan menghampiriku disana kalau pun belum aku anggap saja sebagai
pengalaman berharga,dengan uang bekal dari emak dikampung aku pun menginjakan
kaki dijakarta numpang dikontrakan seorang teman yang berpropesi sebagai
penjual es campur temanku lulusan STM listrik dia pun lebih menyukai pekerjaan
menjual es goyobod dibanding bekerja dipabrik alasannya lebih bebas dan
penghasillannya lebih baik.
Siang itu
dengan panasnya cuaca Jakarta yang tak bersahabat aku berjalan ditrotoar jalan
yang semakin sempit oleh para pedagang dadakan,dengan terseok-seok aku
kumpulkan sisa tenaga untuk pulang hari ini ada 3 penolakan lamaran yang harus
aku terima tak apa batinku lambat laun sudah kebal untuk menyunggingkan senyum
sembari berlalu dengan lemas dihrd perusahaan.
Perut yang
dari tadi berdendang semakin menambah beban kakiku,sejenak aku beristirahat di
sebuat tambal ban dekat lampu merah,aku perhatikan setiap lampu merah menyala
puluhan orang berhamburan tengah jalan untuk mengemis,wajah yang tadinya sedang
tertawa lebar dipinggir jalan berubah sendu ketika mobil-mobil mewah itu
berhenti.aku tersenyum dalam hati lihat betapa malasnya mereka yang tak mau
bekerja hanya mengadalkan wajah memelas dan tangan yang meminta,lihat anak
kecil itu matanya yang bening membuat sang kaya rela memberikan beberapa ribu
dikantung mereka,hati manusia memang susah ditebak ada yang mudah kasihan ada
pula yang tidak memperdulikan ocehan mereka lantas pergi begitu saja.
Dengan
langkah layu aku pergi kesebuah warung nasi barangkali uang sepuluh ribu ini
dapat melenyapkan dentuman perut yang sedaar tadi berirama,aku duduk di meja
warteg dan memesan nasi dengan menyerahkan uang sepuluh ribu rupiah,dipiringku
terhidang nasi putih,semur telur,tahu tempe serta 2 buah kerupuk,dengan
tambahan sayur sop dipiringnya,aku melahap semuanya dengan rakus,bagiku makanan
ini enak bahkan sangat nikmat meski aku harus makan dengan para
pengamen,preman,bahkan para pemulung dan pengemis.
Sayup-sayup
aku dengan pembicaraan antara lelaki setengah baya dengan anak perempuan
didepannya
“dapat
berapa nduk?” tanyanya dengan aksen jawa
“dapat 120
ribu pak” anak perempuan itu tersenyum
“lumayan
nduk mau langsung pulang atau lanjut?” Tanya bapak itu lagi
“aku
kayaknya masih mangkal pak nanti ashar pulang sekalian aku mau jalan-jalan
nanti malam sama teman ke mall itu loh yang baru buka” seru anak perempuan itu
dengan semangat
Aku
menggelengkan kepala penghasilan pengemis itu 120 ribu baru setengah hari?
Harus aku akui mereka itu hebat
Sepulanngya
dikontrakan abbas dia bercerita hari ini dia mendapat untung lumayan karena es
nya diborong untuk hajatan,jatahnya 3000 per orang dia kasih lebih sedikit dari
porsi biasanya hasilnya esnya lebih untung 2x lipat katanya.
Mendengar
ucapan abbas hatiku sedih bagaimana abbas dengan berjualan es saja dapat
menghidupi keluarganya dengan baik punya rumah sendiri dan istri cantik serta anak
yang lucu,lah aku apa jangankan istri yang cantik pekerjaan saja aku tak punya
maka segala kesedihan ini aku tumpahkan dengan bersujud kepada pemilik
segalanya aku berdoa kepadanya agar aku diberi pekerjaan yang layak serta mampu
membahagiakan emak dan abah yang selama ini membiayai kuliahku dengan sabar.
Esoknya
dijalan yang biasa kulalui untuk melamar pekerjaan aku melihat sesosok wanita
muda yang sedang diganggu pemuda punk aku dekati mereka dan aku bilang
perempuan ini saudaraku tanpa perlawanan mereka bubar perlahan,perempuan muda
itu tersenyum dan berterima kasih seraya mengajakku untuk makan ketoprak,dia
bercerita bahwa dia bernama siti hasanah dia bekerja sebagai seorang
pengemis,dia mengatakan pekerjaannya itu halal dari pada mencopet atau pun
menjadi pelacur,sehari-hari dia mangkal diperapatan jalan disana bersama
teman-temannya siti hasanah terbiasa menjadi pengemis jalanan dari pekerjaan itu
dia berhasil mengumpulkan uang sebesar 100-200 ribu sehari.dia bekerja dari
pagi sampai ashar,dan dia menikmati pekerjaannya,dia bercerita sebenarnya dia
lulusan D3 karena menurut dia bekerja dengan ijzah D3 itu lebih susah dibanding
mengemis akhirnya dia memutuskan untuk mengermis saja toh hasilnya lebih
mengembirakan,sebenarnya siti hasanah itu cantik matanya lembut,wajahnya ayu
dan aku kira umurnya sekitar 23 tahun
“oiya dek
apa menjadi pengemis itu segampang itu? Bagaimana mulainya?” tanyaku penasaran
“gampang
itu mas tinggal membayar uang keamanan ke preman seharinya Cuma dua ribu
perorang,sehari ada sekitar 5 orang yang meminta uang kekita diantara mereka
juga terdapat oknum aparat kok”jelasnya sambil tersenyum
“gitu
yah”aku mengangguk perlahan
“abang mau
coba? Cobalah sekali saja sekiranya dapat penghasilan yang baik abang lanjut
kalau tidak merasa cocok abang berhenti gimana?”ajaknya
Pikiranku
sejenak berputar apa mungkin seorang sarjana sepertiku mengemis?apa kata orang
tuaku? Ah tapi mereka tidak melihatku? Kalau sudah cukup uang aku akan membuka
usaha seperti abbas berjualan es atau buah,perbincanganku pagi ini dengan siti
membuat hatiku sedikit lega ada setitik harapan dihidupku,dan akhirnya siti
menyuruhku untuk ganti baju lusuh dan menghampirinya dilampu merah nanti siti
akan bilang sama kelompoknya bahwa aku akan ikut mengemis bersama mereka.
Akhirnya
aku berganti baju dengan celana pendek dan baju lusuh menghampiri siti dan
melaksanakan tugas pertamaku dengan sungkan aku mengadahkan tangan kepengguna
jalan seorang gadis kecil bermata indah memberikanku uang sepuluh ribu,aku
buru-buru mendoakannya dengan doa yang kupelajari dari kampusku dulu,ibunya
menatap heran mungkin tumben ada seorang pengemis yang doanya seperti ustad
dipengajian dan ibu itu pun tersenyum.
Aku menatap
uang pertamaku ini sungguh luar biasa,kulanjutkan dengan semangat kali ini
setiap orag aku doakan agar rejekinya bertambah banyak,mereka pun terlihat
senang dengan doaku dan minimal uang yang mereka kasih itu seribu rupiah tak
ada yang memberikanku gope atau recehan,ini menakjubkan.
Siang
ketika dzuhur tiba aku istirahat kewarteg aku membuka saku celanaku dan aku
cukup kaget karena hari ini aku mendapat uang sebesar 150 ribu tanpa pikir
panjang aku memesan makanan yang banyak satu paha ayam,soto babat dan teh botol
dingin dengan lahap aku menikmati semua ini batinku merasa senang akhirnya Jakarta
yang keras bisa aku taklukan dengan mengemis.
Sore hari
aku sudah berada dikontrakan abbas aku menghitung uang recehan disakuku dan
menaruhnya di lemari selain untuk makan dan membayar kontrakan uang itu akan
kukumpulkan untuk emak dikampung,aku katakana saja bahwa aku bekerja
diperusahaan besar dan mereka akan senang.
Abbas
bercerita dengan berjualan es dia bisa mendapat penghasilan bersih sebesar 4
juta sebulan,dan aku juga tersenyum mungkin saja aku bisa mengalahkan
penghasilan abbas suatu saat dengan pekerjaan yang tidak bermodal ini.
Sebuah
senyuman puas tersungging dibibirku malam ini dan sampai entah sampai kapan.
selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar